Kesadaran Sosial Umat Dimulai Dari Keberpihakan Kepada Al-Quran
Voice : Ust M. Asrullah Alwi., Lc
Editor : Syam_shoot_
Kebenaran dan kesabaran adalah kunci untuk menjaga konsistensi dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Sepuluh hari dari bulan Ramadan telah kita lewati, semoga amal-amal kita diterima dan menjadi permulaan yang baik. Harapannya, dengan berpuasa, ketakwaan kita kepada Allah semakin meningkat, dan keimanan kita semakin bertambah. Inilah yang diharapkan dari orang-orang yang berpuasa.
Terkait dengan tema kesadaran sosial, ini adalah pengetahuan dan pemahaman yang harus dimiliki oleh kita semua. Agama kita mengajarkan kepada umatnya untuk cerdas secara sosial, atau bisa juga dikatakan saleh secara sosial. Agama kita mengajarkan bagaimana kita tidak hidup mementingkan kepentingan pribadi, tetapi harus memiliki kepedulian, kemampuan, dan perhatian kepada orang-orang di sekitar kita. Sangat banyak dalil yang menyebutkan tentang hal itu.
Sesuai dengan tema kita, kita harus mengutamakan dan bahkan memperjuangkan agar sistem yang ada itu bisa menjelaskan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Karena hanya dengan cara itulah akan muncul keadilan. Islam sangat perhatian soal kepedulian. Kita tidak diajarkan menjadi orang-orang yang egois dan hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga saja.
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan tidak tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan(QS. Al-Maidah: 2). Kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri dan saleh sendiri saja, tetapi juga perlu mengantarkan orang-orang di sekitar kita menjadi orang-orang yang baik dan saleh.
Jika ada saudara kita yang bermasalah dalam ketakwaannya, maka kewajiban kita untuk memperhatikannya dan mengingatkannya. Allah memerintahkan kita untuk saling mengingatkan dan menasihati orang-orang di sekitar kita, khususnya keluarga.
Ini adalah konsep sosial yang diajarkan oleh agama kita tentang kepedulian. Ini adalah keyakinan dan keimanan bahwa kita tidak boleh egois, tetapi harus memperhatikan siapa yang ada di sekitar kita. Bahkan, Islam menekankan bagaimana kita harus berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh.
Allah berfirman, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh..." (QS. An-Nisa: 36). Tidak cukup kita beriman dan sejahtera sendiri. Perhatikan orang tua dan berbuat baiklah kepada mereka, baik yang masih hidup atau telah meninggal dunia. Bahkan, jika mereka mengajak kita kepada kesyirikan, Allah tetap memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka. Inilah konsep yang sangat sempurna dari agama kita.
Termasuk dosa-dosa besar adalah mendurhakai dan meninggalkan orang tua. Bukan hanya soal materi, tetapi juga dalam soal ketaatan. Kita tidak boleh diam apabila orang tua kita masih jauh dari Allah SWT. Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Tidak boleh kita berbuat jahat kepada orang-orang terdekat. Berbuat baiklah kepada orang-orang yang terdekat dengan kita. Perhatikan orang-orang yatim yang ada di sekitar kita. Kondisi sekarang ini luar biasa memprihatinkan. Terlalu banyak umat Islam yang kurang peduli. Terlalu banyak manusia yang seakan-akan melupakan bahwa ada saudara yang membutuhkan. Berbagilah kepada mereka. Jangan Anda sejahtera sendiri sementara ada orang di sekitar kalian yang mengalami kesulitan hidup.
Allah pun mengutamakan berbuat baik kepada tetangga, baik tetangga yang dekat maupun yang jauh. Ini pun menjadi kewajiban kita semuanya. Bahkan kepada orang-orang yang berada dalam perjalanan.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil..." (QS. An-Nahl: 90). Keadilan sosial adalah bahwa umat Islam itu semua punya hak untuk sejahtera. Kita ingat bagaimana di masa Umar bin Abdul Aziz, sulitnya mencari orang yang berhak menerima zakat, karena hampir semuanya adalah muzakki (orang yang mampu berzakat). Islam sangat memperhatikan kesetaraan. Makanya, di dalam Islam dikenal ada konsep infak, sedekah, zakat, ataupun wakaf. Tujuannya adalah agar kita semua memperhatikan bahwa ada orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.
Zakat itu sudah pasti wajib dikeluarkan, dan itu termasuk hak orang fakir dan miskin. Itu adalah hak mereka, bukan hanya sebagai bantuan. Kalau tidak diberikan kepada mereka, maka orang yang wajib berzakat akan menanggung dosanya.
Allah SWT mengancam orang-orang yang menahan hartanya dan tidak mengeluarkan zakat. Pada hari kiamat, harta-harta yang ditahan itu akan dipanaskan di neraka jahannam, kemudian disetrikakan ke dahi, lambung, dan punggung mereka. Lalu dikatakan, "Inilah hartamu yang dahulu kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. At-Taubah: 34-35).
2,5% saja yang diminta oleh Allah SWT sebagai zakat, tetapi masih ditahan-tahan juga. Allah mengajarkan kepada kita untuk berinfak dan bersedekah. Sesungguhnya, jika engkau infakkan di jalan Allah, maka perubahannya seperti biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, yang setiap tangkainya ada seratus biji (QS. Al-Baqarah: 261).
Nabi SAW mengingatkan kita, "Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya itu adalah seperti bangunan yang saling menguatkan." (HR. Bukhari dan Muslim). Kita tidak boleh tidak peduli kepada saudara seiman kita, terkhususnya saudara kita yang ada di Palestina. Mereka membutuhkan bantuan kita semua, baik secara materi maupun doa. Semoga Allah SWT membebaskan Al-Quds dari penjajahan Israel.
Kesimpulannya, marilah kita sadar secara sosial bahwa Islam mengajarkan tentang kepedulian kepada sesama dan keadilan. Jika ada masalah atau diskriminasi di sekitar kita, maka kewajiban kita untuk mengingatkan orang-orang yang zalim. Jika ada orang-orang yang tidak memenuhi hak dan kewajibannya kepada orang lain, maka tugas kita semua adalah mengingatkannya. Jangan kita menyerahkan tugas ini kepada orang lain, karena Allah memerintahkan kita semua untuk peduli kepada orang-orang di sekitar kita.
Sponsored
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Diskusi & Komentar
Artikel Terkait
Pondasi Keluarga Sakinah dalam Upaya Memakmurkan Masjid
Keluarga sakinah dan memakmurkan masjid saling berkaitan erat. Keluarga sakinah menjadi pondasi untuk memakmurkan masjid, dan memakmurkan masjid menjadi pondasi untuk membangun keluarga sakinah
Momentum Muhasabah dan Pentingnya Akhlak Mulia
Pergantian tahun dalam perspektif Islam sebagai momentum untuk bermuhasabah dan memperbaiki diri. Mengingatkan kita bahwa waktu adalah anugerah yang tak ternilai, setiap detiknya adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah
Sponsored Content
Peran Masjid dalam Menguatkan Produk Halal untuk Umat yang Berkah
Mengonsumsi makanan halal bukan hanya tentang aturan, tetapi juga bagian dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Masjid memiliki peran penting dalam membimbing umat agar selalu memperhatikan kehalalan dan kebaikan produk yang mereka konsumsi.
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama memberikan komentar!