Hutang Negara
Kiwoyo takjub mendengar kabar bahwa negara Nhaga berhasil menyelesaikan hutang negara mereka yang jumlahnya ratusan triliun itu dalam satu hari, bahkan konon kabarnya mereka sampai punya cadangan devisa 5000 ton emas. Kiwoyo yang memang berteman dengan presiden negara Nhaga Anune Apane segera mengatur janji untuk melakukan private dinner. "I Go to Your Country ya Mr. Presiden, I Wan eat Babi Panggang with andaliman sauce.
" Jawab Anune Apane menerima tawaran private dinner Kiwoyo. "Jadi, sebagai seorang sahabat saya langsung to the point, bagaimana anda bisa melunasi hutang negara? Bahkan negara anda langsung punya cadangan devisa, padahal sebelumnya negara anda adalah negara miskin. Apa benar berita yang beredar bahwa anda menemukan harta karun presiden pertama negara anda?" Kiwoyo langsung mengungkapkan isi hatinya.
"Ah... ini berat pak Kiwoyo, sebagai sahabat saya bisa dengan mudah memberi tahu caranya, tapi konsekuensinya terlalu berat, anda belum tentu siap.
"Anune Apane menjawab dengan nada berat. "Izinkan saya menceritakan apa yang terjadi, setelahnya anda boleh memutuskan." Sambung Anune Apane dari pandangan matanya tampak bahwa Anune Apane sedang memilah ragam memori di otaknya. Saat itu kami sedang mengalami kebuntuan, rapat berhari-hari hanya berujung pada perdebatan. Hutang negara menumpuk hingga triliunan, sedangkan negara perlu suntikan dana pasca pandemi. Para anggota parlemen sudah mulai naik tensi penuh emosi, para menteri pusing tujuh keliling 4 tanjakan 3 turunan, dengan muka stres sambil tersandar ditembok menteri keuangan kami nyeletuk.
“Kalau begini terus, bayar hutang negara mendingan pakai pesugihan aja, lah. Toh semua solusi ekonomi ndak bisa dipakai, Bank Dunia juga udah tidak bisa diharapkan.” Semua orang di ruangan tertawa, mendengar ide konyol itu, namun nyata benar kata raja bijak bahwa 'Hati yang gembira adalah obat yang manjur.'
Setelah tertawa bersama kami saling pandang merasa ada cahaya yang sama menerangi pikiran kami, seperti di film kartun, lampu menyala diatas kepala kami, ting! “Bagus. Itu ide brilian. Mari segera eksekusi, siapkan team riset!” Ruang rapat mendadak hening, menteri-menteri saling pandang, antara tidak percaya dan bingung.
Benar ide itu brilian "tapi kok kayak tolol ya. " Mungkin itu yang ada dalam pikiran beberapa anggota parlemen dan menteri. Namun, karena sudah paham bahwa saya otoriter, membangkang artinya siap-siap dimutasi ke wilayah terluar tanpa sinyal internet, mereka akhirnya terpaksa mengangguk setuju. Rapat pun diakhiri dengan resolusi mengejutkan: Negra Nhaga akan melunasi hutang dengan menggunakan pesugihan. Presiden segera membentuk Tim Alternatif Ekonomi (TAE) yang dipimpin oleh Menteri Keuangan, Pak Bahlul. Tim ini diberi waktu sebulan untuk memilih pesugihan paling efektif. Tak main-main tim negara Nhaga segera berkonsultasi dengan negara tetangga Indonesia yang dikenal dengan ragam pesugihannya.
TAE melakukan beragam riset dan hasilnya kembali dibahas dalam rapat umum darurat. "Berikut hasil riset yang sudah kami kumpulkan, dalam rapat ini kami akan memaparkan beragam temuan lalu mendiskusikan mana yang paling tepat untuk kita pakai dengan bersama memperhitungkan untung ruginya." Bahlul Dikit membuka rapat.
Juru bicara TAE tim memuliai presentasi. Mereka menemukan ada banyak jenis pesugihan, mulai dari Babi Ngepet, Nyai Roro Kidul, sampai Nyi Blorong. Namun, setiap pesugihan ternyata memiliki konsekuensi yang tidak mudah.
"Kalau pakai Babi Ngepet, nanti menterinya mesti gantian jaga lilin. Kalau ketiduran gimana? Wong jaga amanat rakyat aja kita susah." keluh Menteri Perdagangan. "Ada Nyai Roro Kidul. Tapi siapa yang bersedia menikah dengannya?" tanya Pak Bahlul. Semua peserta rapat langsung pura-pura batuk atau mengalihkan pandangan ke arah jendela.
"Atau hukuman mati koruptor kita ganti saja dengan menikah dengan Nyi Roro kidul?" Tantang menteri Ekonomi.
"Jangan! kita sama-sama tahu hutang ini bertumpuk karena korupsi, bisa-bisa kita semua yang diruangan ini malah jadi suaminya Nyai". Menteri Ekosistem Laut Utama (Melu) menjawab dengan wajah kesal. "Mungkin pilihan kita akan jatuh pada pesugihan Nyi Blorong, pesugihan ini tidak meminta tumbal nyawa, hanya memang tetap ada sesuatu yang akan dia minta, meski belum jelas apa." Menteri Bahlul mengajukan pilihan.
Meski ragu dan menerka-nerka pilihan jatuh pada pesugihan Nyi Blorong. Konon, dia bisa mendatangkan emas dalam jumlah tak terbatas.
Presiden, anggota parlemen, para menteri, dan seorang dukun terkenal dari negara tetangga datang untuk memulai ritual pemanggilan Nyi Blorong. Mereka berkumpul di ruang tengah Istana Nasional, lantai telah ditaburi bunga tujuh rupa dan asap kemenyan mengepul ke segala penjuru.
"Siap ya, Bapak-Bapak. Kalau dia datang, jangan ada yang main HP, nanti marah." Pesan sang dukun dengan serius. Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Asap kemenyan berubah menjadi spiral hijau, dan muncullah sosok Nyi Blorong—seorang perempuan cantik berambut panjang dengan ekor ular besar berkilauan.
"Aku dengar kalian ingin melunasi hutang negara. Apa yang bisa aku bantu?" tanya Nyi Blorong dengan suara mendayu-dayu.
Presiden Anune Apane, tanpa ragu, menjawab; "Kami butuh emas! Tapi jangan pakai tumbal manusia ya. Bisakah begitu?"
Nyi Blorong tertawa manis. "Oh, bisa. Tapi syaratnya, seluruh pejabat harus menyerahkan sebagian "kenormalan" kalian."Seluruh ruangan langsung hening. Para menteri saling pandang, mengukur seberapa banyak kenormalan yang tersisa pada diri masing-masing.
"Baik, kami siap!" Jawab Anune Apane dengan tegas, mungkin dia berpikir bahwa kenormalan itu sudah tidak ada lagi dalam pikiran para pejabat, maka memberikan yang tidak ada akan menjadi keuntungan bagi mereka. Setelah kesepakatan dibuat, emas mulai mengalir dari langit-langit istana. Seluruh media nasional melaporkan bahwa dalam semalam, cadangan devisa negara Nhaga bertambah 500 triliun rupiah.
Utang luar negeri dilunasi dengan segera, dan rakyat bersorak gembira. Semua tampakn normal "Apa kataku, sudah tidak ada lagi pejabat yang normal maka semua akan baik-baik saja." Demikian kesimpulan Anune Apane Namun ternyata ada efek samping yang aneh tak nyata tapi terasa. Seiring berjalannya waktu, para pejabat semakin absurd.
Menteri Pendidikan tiba-tiba mengumumkan bahwa ujian nasional akan diganti dengan tebak-tebakan receh. "Yang penting murid happy," katanya dengan santai. Di Parlemen, anggota parlemen mulai bersidang sambil cosplay jadi karakter anime.
"Ini upaya mempererat hubungan dengan Jepang," kata salah satu anggota dewan yang berperan sebagai Naruto.
Situasi semakin tak terkendali. Setiap kali konferensi pers, para pejabat malah berbicara dalam teka-teki dan pantun. "Banjir? Ya, bisa jadi blessing in disguise. Sungai meluap, perahu karet laku keras, ekonomi berjalan!" kata Menteri PUPR sambil tertawa. Menyadari kekacauan ini, Presiden Anune Apane kembali memanggil Nyi Blorong. "Bisa nggak, kita batalkan perjanjiannya?" tanyanya dengan wajah serius. Nyi Blorong menggeleng. "Kenormalan yang sudah diserahkan tidak bisa dikembalikan. Tapi tenang saja, situasi ini akan membuat negeri kalian lebih berwarna!"
Sponsored
Presiden Anune Apane hanya bisa menghela napas. "Baiklah, kalau begitu. Asal jangan sampai ada yang cosplay jadi superhero di Konferensi internasional." Dan begitulah, negara Nhaga menjadi negeri paling makmur sekaligus paling absurd di dunia. Utang negara lunas, tapi pejabatnya makin nyentrik. Di tingkat internasional, Nhaga terkenal bukan karena ekonominya yang maju, melainkan karena setiap pertemuan diplomatik selalu berakhir dengan lomba pantun dan tebak-tebakan. "Yang penting kan bahagia," kata Presiden Anune Apane sambil mengenakan kostum pahlawan super lokal saat menghadiri sidang PBB. "Begitulah pak Kiwoyo, apakah anda tertarik untuk mengikuti cara kami?" Presiden Anune Apane bertanya sambil mengenakan baju Cat Woman.